Rabu, 15 Februari 2012

10 Benda Paling Kotor (dan sering kita pegang...)

Tanpa disadari, banyak benda di sekitar kita yang berpotensi menjadi sarang bakteri dan tempat berpindahnya virus, bakteri dan penyakit. Diantara semua benda yang sering dipegang, ada 10 benda paling kotor yang cukup membahayakan kesehatan meski sebenarnya tampak bersih.

Seperti dikutip dari Health, Selasa (2/2/2010), berikut ini 10 benda paling kotor yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-Hari.

1. Uang
Semua orang suka uang, tapi pastinya tidak akan Ada yang suka dengan bakteri di dalamnya. Menurut Dr Darlington dari the Health Commissioner of New York, sekitar 135.000 bakteri Ada pada uang, terutama uang kertas.

2. Tombol lampu
Biasanya orang terakhir atau pertama masuk di ruangan adalah yang paling sering bersentuhan dengan tombol lampu. Bakteri sangat senang hidup di area yang banyak disentuh oleh banyak orang itu. Menurut ahli sanitasi, dalam setiap inci tombol lampu Ada sekitar 217 bakteri yang bisa berpindah dari tangank e tangan.

3. Keyboard komputer
Sebuah studi di Inggris pernah menyebutkan bahwa bakteri yang Ada di keyboard komputer lebih banyak daripada bakteri yang Ada di toilet. Untuk itu sebaiknya bersihkan keyboard secara rutin dengan alat khusus pembersih keyboard atau bisa juga dengan menggunakan lap basah.

4. Handphone/ponsel
Ponsel adalah barang yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-Hari. Akibat tidak lepas itu, maka ponsel dijadikan tempat favorit bagi ribuan bakteri untuk menetap. Bakteri suka menempel pada ponsel karena temperaturnya yang hangat Dan cocok untuk pertumbuhannya. Untuk menghindarinya, saat ini sudah Ada pelapis anti mikroba untuk ponsel yang bisa melindungi ponsel dari bakteri Dan mengurangi risiko bakteri menempel di wajah Dan tangan Anda.

5. Tempat duduk toilet
Meski terlihat bersih Dan licin, tapi permukaan tempat duduk toilet yang terbuat dari porselin sangat berpotensi sebagai tempat berpindahnya virus, bakteri Dan penyakit-penyakit tertentu. Data statistik menunjukkan, terdapat 295 bakteri dalam setiap inci permukaan tempat duduk toiletnya.

6. Kereta belanja
Berbelanja menggunakan kerete belanja memang lebih mudah Dan mengasyikkan, tapi menurut peneliti dari University of Arizona, kereta belanja mengandung bakteri, air liur, Dan bahan-bahan menjijikkan lainnya yang lebih banyak daripada eskalator, telepon umum bahkan kamar mandi umum.

7. Remote control
Seberapa sering Anda menumpahkan makanan pada remote control Dan tidak membersihkannya? Lewat remote control, bakteri MRSA, SARS Dan bakteri lainnya bisa masuk ke dalam tubuh. Jangan biarkan remote control menjadi ancaman saat Anda sedang asyik menonton TV.

8. Bak mandi
Bak mandi adalah bagian dalam rumah yang sering terlupakan. Ketika Ada seseorang dalam keluarga yang terkena penyakit infeksi staphylococcus, infeksi saluran kemih, pneumonia, septicemia atau penyakit kulit, baru disadari bahwa bak mandi adalah sarangnya bakteri.

Percaya atau tidak, bakteri yang tergenang di dalam bak mandi lebih berbahaya daripada bakteri yang Ada di dalam lubang toilet. Membersihkan bak mandi seminggu sekali bisa mengurangi risko penyakit yang tidak diinginkan.

9. Wastafel dapur
Dapur adalah tempat paling kotor diantara semua bagian rumah lainnya, apalagi bagian wastafelnya. Ada sekitar 500.000 bakteri yang terdapat pada setiap inci wastafel. Untuk mengatasinya, cobalah membersihkan wastafel dengan setengah cangkir baking soda Dan setengah cangkir cuka. Setelah itu, jangan lupa siram dengan air untuk mendapatkan wastafel yang bersih Dan higienis.

10. Spons untuk mencuci
Alat untuk mencuci piring ini adalah barang yang sangat nyaman dijadikan tempat berkembangnya bekteri karena memiliki kelembaban yang tinggi Dan pori-pori yang kecil. Salah satu cara ampuh untuk menghilangkan bakteri dari barang ini adalah dengan memanaskannya dalam microwave selama 60 detik.

Penemuan ini tentu saja bukan untuk menakut-nakuti orang tapi sekedar mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan termasuk benda-benda kecil yang kerap Kita anggap remeh.
Sumber: KASKUS
»»  READMORE...

Kamis, 02 Februari 2012

Tugu Yogyakarta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn6kTn4YJ7oF_ytq0SW4T74bmhhQ1R_Rb2jKAV7_c9IkMm2TlHD-VGJPzkMK5O_3s783rgCrKWQOnbh5wQ6VSJlZUU1GkvdMigaXSzADUVOGk5qJP6Bd_46F-1SjPfcpi_s8qLebb8maJ0/s320/tugu+jogja.jpg
Yogyakarta — Bila datang ke Yogyakarta, dan kebetulan Anda bingung menentukan arah mau ke mana, ada satu patokan yang pasti dikenal oleh seluruh Wong Yogya. Itulah Tugu. Sebuah bangunan monumen sejarah yang terletak di perempatan bertemunya Jalan P Mangkubumi di sisi selatan, Jalan AM Sangaji di sisi utara, Jalan Jenderal Sudirman di sebelah timur, dan Jalan P Diponegoro di sebelah barat. Tugu setinggi 15 meter itu diresmikan pada 3 Oktober 1889 atau 7 Sapar 1819 Tahun Jawa.

Dari Tugu itu pula, maka pendatang dari luar Yogya seolah bisa ”menggenggam” seluruh kawasan kota ini. Tinggal mau ke mana? Semua bisa ditempuh dalam hitungan menit. Yogya kota kecil, Tugu bisa menjadi poros segala arah. Jika kemudian bingung di dalam kota Yogya, silakan kembali ke Tugu. Dijamin Anda tidak bingung lagi!
http://sdgambiranom.files.wordpress.com/2008/12/tugu-yogya.jpg
Asal tahu saja, Tugu itu ternyata juga menjadi salah satu poros imajiner pihak Kraton Yogyakarta. Jika ditarik garis lurus dari selatan ke utara, atau sebaliknya; maka akan ditemukan garis lurus ini: Laut Selatan (konon dikuasai oleh Kanjeng Ratu Kidul, istri Sultan Raja-raja Mataram), Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi.

Bahkan, Sultan sebagai penguasa Kraton Yogyakarta, jika duduk di singgasana di Siti Hinggil Kraton, ia bisa memandang Gunung Merapi di sisi utara. Ikatan magis antara Laut Kidul, Kraton, dan Gunung Merapi hingga saat ini dipercaya oleh Wong Yogya. Oleh sebab itu budaya larungan selalu dilaksanakan pada bulan Sura di Laut Selatan maupun Gunung Merapi oleh pihak Kraton.

Filosofi Berubah
Seiring dengan perjalanan sejarah, Tugu yang sudah berumur 100 tahun lebih itu rupanya akan diubah bentuknya. Perubahan bentuk itu – jika jadi dilakukan — jelas bisa dibilang melanggar undang-undang cagar budaya. Namun apa mau dikata jika yang mau mengubah adalah pihak Kraton Yogyakarta? Tentunya ada alasan kuat yang mendasarinya. Konon, dari catatan sejarah disebutkan, sosok Tugu yang ada sekarang itu sebenarnya telah mengalami perubahan bentuk dari sosok aslinya. Tugu itu semula didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, pendiri Kerajaan Yogyakarta setelah Mataram Islam yang berpusat di Kartasura terpecah menjadi dua. Sebagian menjadi Kasultanan Yogyakarta, sebagian lagi menjadi Kasunanan Surakarta pada Perjanjian Giyanti tahun 1755. Tugu itu dulu disebut Tugu Golong-Gilig.

Bentuk Tugu Golong-Gilig itu, konon, puncaknya berupa golong (bulatan mirip bola) dan bawahnya berbentuk bulat panjang/silindris atau gilig. Tugu Golong-Gilig tersebut melambangkan tekad yang golong gilig (menyatunya pimpinan/raja dengan rakyatnya). Makna lebih jauh adalah bersatunya raja dan rakyatnya dalam perjuangan melawan musuh maupun menyatu dalam membentuk pemerintahan dalam satu negara. Di sisi lain juga bisa dimaknakan sebagai hubungan antara manusia dengan Sang Khalik.

Jika melihat makna Tugu Golong-Gilig adalah bersatunya antara raja dan rakyat, maka hal itu bisa dimengerti karena pendiri Kerajaan Yogyakarta – kala itu – dikenal sebagai pemberontak yang ingin memisahkan diri dari Kerajaan Mataram Islam yang justru dikuasai penjajah Belanda. Pangeran Mangkubumi (kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I) memilih memberontak dan memisahkan diri daripada kerajaan di bawah pengaruh kekuasaan Belanda.

Pernah Runtuh
Tugu Golong-Gilig semula dibangun setinggi 25 meter. Kemudian karena gempa tektonik pada 10 Juni 1867 atau 4 Sapar Tahun EHE 1284 H atau 1796 Tahun Jawa sekitar pukul 05.00 pagi, tugu itu rusak terpotong sekitar sepertiga bagian. Musibah itu bisa terbaca dalam candra sengkala – sebuah catatan kata yang bermakna angka tahun — Obah Trusing Pitung Bumi (1796).

http://www.tembi.org/dulu/tugu_yogyakarta_tahun_1928/image002.jpg
Tugu itu kemudian diperbaiki oleh Opzichter van Waterstaat/Kepala Dinas Pekerjaan Umum JWS van Brussel di bawah pengawasan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V. Lalu tugu baru itu diresmikan HB VII pada 3 Oktober 1889 atau 7 Sapar 1819 Tahun Jawa. Oleh pemerintah Belanda, tugu itu disebut De Witte Paal (Tugu Putih).

Menurut kerabat Kraton Yogyakarta yang juga Kepala Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) Daerah Istimewa Yogyakarta, Raden Mas Haji Tirun Marwito SH; saat ini Kraton Yogyakarta memang sedang mengkaji kemungkinan mengembalikan Tugu Yogya ke bentuk asalnya. ”Bentuk Tugu yang sekarang ini sudah direkayasa oleh pihak penjajah Belanda saat itu. Akibatnya makna filosofinya sudah berubah,” tuturnya.

Saat dibangun kembali oleh pemerintah Belanda itu, di sana ada candra sengkala Wiwaraharja Manunggal Manggalaning Praja atau tahun Jawa 1819 yang berarti pintu menuju kesejahteraan bagi para pemimpin negara. Hal itu jelas bertentangan dengan simbol Golong-Gilig. Oleh sebab itulah maka pihak Kraton Yogyakarta berniat mengubah bentuk tugu yang sekarang.

”Bila nanti rencana itu dilaksanakan, ada beberapa kemungkinan yang akan ditempuh. Misalnya, Tugu Yogya yang ada sekarang ini dipindah dan diletakkan di pinggir jalan sebagai monumen bahwa Tugu Yogya pernah berbentuk seperti itu. Lalu di lokasi tempat tugu itu berada dibangun kembali Tugu Golong-Gilig seperti yang pernah dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I,” kata Tirun.

sumber: http://haxims.blogspot.com/2010/02/tentang-tugu-yogyakarta.html
»»  READMORE...

Selasa, 31 Januari 2012

Belajar...

Banyak temen2 sudah belajar blog. Tapi aku baru saja pengen... Terlambat? Mungkin, tapi gak pa pa daripada tak pernah belajar sama sekali... Salam sejahtera buat kita semua... semoga blog ini berkembang ke arah yang lebih baik...
»»  READMORE...